Mediakawasan.co.id, Tangerang – Penyakit autoimun, seperti lupus, sindrom, artritis reumatoid, psoriasis, miastenia gravis, tiroiditis hashimoto dan multipel sklerosis adalah kelompok penyakit kompleks di mana sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit malah menyerang sel – sel sehat karena salah mengenali mereka sebagai ancaman. Hal ini dapat menyebabkan berbagai gejala penyakit dan dampak kesehatan yang serius serta berkepanjangan bagi penderitanya.
Penyakit autoimun ini dapat menyerang siapapun tanpa peduli usia atau jenis kelamin. Autoimun lebih sering ditemukan pada wanita usia produktif.
Dijelaskan soal autoimun secara spesifik oleh Dr. dr. Stevent Sumantri, SpPD, K-AI, DAA, FINASIM, dokter spesialis penyakit dalam, konsultan alergi imunologi klinik menyampaikan bahwa jumlah kasus penyakit autoimun ini mengalami peningkatan yang dramatis diseluruh dunia termasuk Indonesia.
“Terutama pasca pandemi COVID – 19 dan seringkali tidak disadari oleh penderitanya sehingga terlambat terdeteksi” Ungkap Stevent Sumantri dokter spesialis penyakit dalam yang berpraktek di RS Siloam Lippo Village ini menjelaskan, di Tangerang, Rabu (8/5/2024).
Padahal, menurut Dokter Stevent tingkat keberhasilan pengobatannya lebih besar apabila mendapatkan perawatan sejak dini. Beberapa gejala umum penyakit autoimun yang perlu diwaspadai ialah lemas, kelelahan kronik, nyeri otot, demam ringan, kesemutan, bentol seluruh tubuh, bengkak pada area tertentu, rambut rontok dan kulit kemerahan.
Ada Sekitar 150 Jenis Penyakit Autoimun
Soal pencegahan atau deteksi dini, ada baiknya untuk segera konsultasikan ke dokter apabila kondisi berulang dan/atau menetapdalam waktu yang lama (Biasanya lebih dari 6 Minggu).
Perlu diketahui bahwa setiap orang dapat mengalami gejala yang berbeda – beda tergantung pada jenis dan karakteristik penyakit autoimun tersebut, saat ini diketahui ada lebih dari 150 jenis penyakit autoimun. Apabila tidak ditangani segera, penyakit autoimun dapat berujung komplikasi dan menggagu kualitas hidup seseorang secara keseluruhan, pada beberapa kasus dapat pula berujung pada kematian.
Menurut Dr. dr. Stevent Sumantri, SpPD, K-AI, DAA, FINASIM, dokter spesialis penyakit dalam, konsultan alergi imunologi klinik RS Siloam Lippo Village, pengobatan pada autoimun bervariasi dilihat dari jenis dan tingkatan akan dampak fatal penyakitnya. “Hal ini dapat meliputi obat – obatan antiinflamasi, steroid, imunosupresan, dan terapis biologis”, imbuh dokter Stevent.
Manajemen gaya hidup juga sangat berpengaruh dalam mengelola penyakit autoimun, seperti diet seimbang, olah raga teratur, dan isterahat yang cukup. Pada beberapa pasien tertentu yang mengalami banyak reaksi sensitif, sering diperlukan perencanaan diet dan gaya hidup khusus untuk membantu mengurangi kemungkinan autoimun kambuh kembali.
Pencegahan dan Penanganan dari RS Siloam Lippo Village
Akan maraknya penyakit autoimun, manajemen RS Siloam Lippo Village telah melengkapi sejumlah fasilitas yang lengkap dengan tenaga medis profesional guna memberikan perawatan yang optimal bagi penyandang autoimun.
Hingga sekarang ini, RS Siloam Lippo Village memiliki tim spesialis dan konsultan paripurna untuk penanganan autoimun, mulai dari konsultan alergi imunologi klinik, Reumatologi, Hematologi, Nefrologi, Gastroenterologi, Kardiologi, sampai Gizi klinik dan Rehabilitasi Medik.
Selain itu, pendukung diagnosis autoimun seringkali memerlukan pemeriksaan laboratorium khusus yang tidak ada di Indonesia, RS Siloam Lippo Village telah menjalin kerjasama dengan Mayo Clinic, USA untuk mendukung hal tersebut. Untuk kenyamanan pasien dan keluarga, telah tersedia juga layanan Siloam at Home bagi pasien yang ingin mendapatkan perawatan lanjutan dari rumah.
RS Siloam Lippo Village merupakan rumah sakit pertama dari group RS Siloam dan telah berkembang menjadi pusat layanan kesehatan untuk berbagai penyakit dengan tingkat kompleksitas yang bervariasi. Memiliki lebih dari 250 tempat tidur operasional, rumah sakit ini mampu melayani hingga 1.500 pasien rawat inap serta lebih dari 20.000 pasien rawat jalan setiap bulannya. (Red/*)